Rabu, 07 Juni 2017



Kecantikan, Alasan Utama Laki-laki Menikahi Wanita?

Laki – laki, diberikan kemampuan secara naluriah untuk merasakan, menguasai sekaligus menikmati kecantikan wanita dengan “ caranya” masing-masing baik halal maupun haram. Cantik atau tidak cantik dalam kamus tiap lelaki bisa saja berbeda. Daya tarik wanita bagi setiap laki-laki berlainan antara seorang laki-laki dengan laki-laki lainnya. Terkadang, seorang wanita tampak cantik dan sempurna di mata laki-laki A, tapi tidak demikian halnya dengan laki- laki B yang menganggap wanita tersebut tidak cantik dan biasa-biasa saja.
Berbeda dengan hewan yang tidak memiliki sense sebagaimana manusia. Hewan jantan, memiliki standar baku dalam memilih betina, yaitu kesiapan betina untuk dibuahi. Hewan jantan cenderung bahkan sama sekali tidak memperhatikan apakah betinanya cantik atau tidak. Ia juga bisa dengan mudah berganti pasangan dan membuahi betina lain yang siap dan mau dibuahi. Karena itulah, hewan hanya mengenal KAWIN, bukan MENIKAH.
Barangkali, karena adanya rasa dan kesadaran akan kecantikan itulah yang membuat laki-laki tertarik dan berhasrat kepada seorang wanita dan berusaha menjalin hubungan dengannya (Mahasuci Allah yang telah mensyariatkan ghaddul bashar sehingga laki-laki dan wanita bisa menjaga pandangannya). Banyak laki-laki menjatuhkan pilihannya pada wanita yang ia anggap cantik dan berjuang untuk mendapatkannya. Pun, laki-laki juga dapat tergila-gila karena kecantikan wanita.
Namun, benarkah kecantikan wanita adalah dasar bagi laki-laki untuk menikahi wanita? Apa iya laki-laki begitu mempertimbangkan kecantikan dan keseksian dalam memilih seorang wanita sebagai pendamping hidup untuk mengarungi bahtera pernikahan? Bukan sekedar untuk dipacari dan ‘dihisap’ kecantikannya, kemudian setelah bosan ia bebas terbang mencari wanita cantik lainnya?
Selain kebutuhan visual, laki-laki juga memiliki kebutuhan batiniah. Laki- laki memang menyenangi ‘pemandangan’ kecantikan perempuan. Akan tetapi, kecantikan tidak cukup sebagai modal keberlangsungan kehidupan rumah tangga dan utuhnya pernikahan. Pernikahan yang hanya didasari ketertarikan fisik, akan mengalami keguncangan jika pesona fisik pasangan telah memudar. Seiring dengan hilangnya keindahan fisik, hilang pula ketertarikan dan perasaan pada pasangan. Karena pesona fisiklah yang menjadi sumber kebahagiaan dan pengikat perasaan. Maka, jika tubuh tak lagi cantik menarik, sumber kebahagiaan menghilang dan terurailah tali pengikat perasaan.
Pada dasarnya, sumber kebahagiaan laki-laki sebagai suami adalah memiliki istri yang bisa memfungsikan dirinya sebagai istri sejati. Shalihah, setia mendampingi suami dalam suka maupun duka. Taat, menjaga diri dan harta suami, memelihara kehormatan dan harga dirinya, berakhlak mulia, serta sebagai perawat sekaligus pendidik yang baik bagi anak-anaknya.
Islam memang memperbolehkan seorang laki-laki memilih wanita yang lebih cantik daripada wanita yang kurang cantik untuk dinikahi. Karena laki-laki lebih cenderung memilih wanita yang cantik secara fisik. Salah satu kepuasan laki-laki, memang pada kepuasan visualnya. Namun, jika seorang laki-laki menginginkan wanita sekadar memuaskan pandangan dengan menikmati wajah cantiknya, maka laki-laki  tersebut akan didera kebosanan dan pastinya ingin menikmati wajah lain yang cantik.
Tidak ada larangan bagi laki-laki memilih istri berwajah cantik dan memiliki keindahan fisik. Apalagi jika cantik luar dalam. Cantik secara fisik, juga cantik secara batin. Namun, yang seperti ini bagaikan mencari mutiara di laut yang dalam. Hanyalah wanita tertentu yang dikarunia keutamaan Allah menjadi wanita cantik secara totalitas. Dan laki-laki tertentu pula yang mendapat keutamaan memiliki pendamping demikian.
Jika Allah mengaruniai kecukupan fisik (bukan kelebihan atau keistimewaan fisik) pada diri kita, maka yakinlah dan berdoalah bahwa Allah akan ‘mengirim’ seorang laki-laki yang berhati besar, berakal panjang dan tentu saja beriman).
Seorang laki-laki yang berhati besar, tidak akan melihat kecantikan sebagai faktor yang paling utama dalam memilih wanita sebagai istrinya. Karena, kecantikan bukanlah parameter yang bisa diunggulkan. Di balik seraut wajah, ada bermacam rahasia. Yang cantik belum tentu yang terbaik untuk dirinya. Dan yang terbaik baginya, tidak harus cantik sempurna.
Seorang laki-laki beriman, akan menilai wanita dengan penuh kedewasaan, kematangan dan keimanan. Karena ia menyadari bahwa kecantikan yang dimiliki wanita hanyalah sebagian dari iradah kauniyah Allah. Wanita tersebut cantik atau tidak cantik adalah ketetapan Allah. Ia akan menilai wanita sebagaimana Allah menilainya. Yaitu berdasarkan iman dan takwanya.
Sungguh, wajah seorang wanita yang bercahaya karena kekhusyukan dan ketakwaannya jauh lebih memikat karena membawa efek ketenangan dan kesejukan, daripada wanita cantik jelita tapi suram tak bercahaya. Maka laki-laki yang melihat dengan hatinya bukan sekedar pandangan mata tidak akan tertipu dalam menilai seraut wajah.

Senin, 05 Juni 2017



Di Ambang Pintu Pinangan

Seorang Pemuda Hendak Meminang Gadis
        Ketika seorang pemuda muslim mencari gadis muslimah untuk dinikahinya dan hendak membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia, maka sesungguhnya gadis ini terkadang kesulitan untuk memustuskan menerima pinangan pemuda itu. Agaknya gadis ini memimpikan seorang pemuda yang tampan, kaya, berpendidikan.
        Lalu apa peran segala macam sifat itu dalam kesuksesan pernikahan?
        Dalam bukunya yang bagus Lahdzat Ya Banat, Muhammad Rasyid Uwaid melontarkan sejumlah pertanyaan yang menyangkut kriteria seseorang lelaki. Berikut ini cuplikannya;

Apakah kekayaan laki-laki begitu penting?
Tentu saja, seorang gadis berhak memilih pemuda yang datang meminangnya termasuk golongan terkenal dari garis keturunan orang kaya. Biarpun demikian, jangan menafikan pemuda itu dengan memperhitungkan akhlak dan agamanya. Apa manfaat dari harta sekalipun kaya seperti Qarun apabila pemuda itu tidak berakhlak dan taat pada agama?
Ingatlah, Allah adalah Dzat yang mengaruniakan rezeki. Berapa banyak pemuda pas-pasan ekonominya yang menikahi seorang gadis yang ridha dengannya meskipun dia berpenghasilan sedikit. Kemudian Allah mengaruniakan rezeki kepadanya hingga akhirnya menjadi kaya raya.
Berapa banyak pemuda kaya yang diimpi-impikan oleh para gadis, tapi kekayaan itu pun akhirnya habis setelah menikah!!
Bertanyalah dari mana sumber penghasilan pemuda itu? Apakah dari pekerjaan yang halal atau haram?
Jangan merasa gembira dengan seorang pemuda yang harta kekayaannya diperoleh dari usaha haram atau mencuri hak-hak orang lain. Sesungguhnya harta yang diperoleh dengan cara seperti itu akan cepat sirna.

Apakah profesi calon suami dapat mendukung suksesnya pernikahan?
Seorang gadis terkadang mengharapkan suami yang berprofesi sebagai dokter, insinyur, pemimpin lembaga sosial yang terkenal.
Seorang gadis mengira bahwa menikah dengan lelaki yang memiliki profesi seperti itu dapat memenuhi segala keinginannya serta dapat memberikan jaminan hidup yang sejahtera.
Boleh saja seorang gadis mengutamakan profesi calon suaminya, tapi dengan syarat jangan sampai dia yakin bahwa profesi itulah yang akan membahagiakan dan menyejahterakan hidupnya.
Jangan mengutamakan profesi calon suami kecuali sesudah Anda mengutamakan akhlak, agama, serta lingkungan di sekelilingnya. Sesungguhnya hidup mengandung sejumlah tekanan dan tekanan ini bisa disingkirkan oleh profesi yang digeluti oleh suami, dimana profesi seperti inilah yang diharapkan oleh sang gadis agar dimiliki calon suaminya.
Apakah ketampanan calon suami dapat mendukung suksesnya pernikahan?
Di antara hak seorang gadis adalah memilih calon suami yang memiliki wajah tampan sehingga merasa nyaman dengannya. Ketampanan laki-laki jelas berbeda dengan kecantikan perempuan. Seseorang gadis ada yang memandang bahwa postur tinggi atau bahu lebar seorang pemuda dianggap bisa menambah ketampanannya.
Kita pun tahu sesungguhnya seorang gadis mencintai apa yang dicintai oleh seorang pemuda. Umar bin Khattab mengatakan, “ kalian jangan membenci para gadis yang mencintai laki-laki berwajah buruk. Sesungguhnya para gadis mencintai apa yang kalian cintai”.
Oleh karena itu, para ulama mensunnahkan perempuan yang dikhitbah agar melihat calon suaminya sebagaimana calon suaminya melihat dirinya agar dia bisa menyaksikan hal-hal yang bisa membuatnya kagum dari calon suaminya. Bahkan menurut para ulama, perempuan sangat dianjurkan untuk melihat calon suaminya daripada laki-laki melihat calon istrinya. Hal ini sebagaimana keterangan dalam Hasyiyah Ibnu Abidin, “Saat khitbah berlangsung, perempuan lebih dianjurkan untuk melihat calon suaminya. Sebab calon suami kemungkinan meninggalkan perempuan yang tidak dicintainya. Ini berbeda dengan perempuan”.
Maksudnya, seorang suami bisa saja menolak istrinya tanpa perlu menyebutkan alasan, sedangkan seorang istri tidak bisa melakukan hal itu. Oleh karena itu, sungguh merupakan kekeliruan apabila wali melupakan ridha seorang gadis terhadap ciri-ciri fisik calon suami yang hendak meminangnya.
Biarpun demikian, anda sebagai seorang gadis harus memperioritaskan calon suami yang berakhlak mulia dan taat beragama. Kemudian dia bisa mempertimbangkan harta calon suaminya guna mencukupi kebutuhan rumah tangganya nanti. Setelah itu, dia baru mempertimbangkan ketampanannya. Sebab sebagian gadis lebih memperioritaskan ketampanan calon suaminya daripada yang lainnya.

Apakah strata pendidikan suami dapat mendukung suksesnya pernikahan?
Biasanya tak jadi masalah apabila strata pendidikan suami istri satu tingkat atau hampir sama. Akan tetapi, akan timbul persoalan apabila strata pendidikan istri lebih tinggi daripada strata pendidikan suami. Apalagi kalau seandainya prestasi akademis istri lebih unggul daripada sang suami, lebih-lebih jika istri menyindir persoalan yang menyangkut diri suami.
Ingatlah, sesungguhnya jenjang pendidikan yang lebih tinggi bukan berarti menunjukkan tingkat kedewasaan dan akhlak. Berapa banyak orang yang tingkat pendidikannya biasa-biasa saja, tapi mereka memiliki akhlak yang mulia. Berapa banyak orang yang tingkat pendidikannya tinggi, tapi tingkat kedewasaan dan pemikirannya tampak biasa-biasa saja.

Apakah perbedaan karakter memberikan dampak negatif?
Seorang gadis menerima pinangan dari calon suami yang taat agama, kaya, tampan, dan dari keluarga baik-baik. Lalu gadis ini bersedia menikah dengan calon suami pilihannya ini.
Pesta pernikahan berlangsung. Tiba-tiba semua orang dikejutan oleh perselisihan yang terjadi diantara pengantin baru itu. Lalu apa yang menyebabkan timbulnya perselisihan itu? Padahal keduanya taat agama, memiliki status sosial sama, serta kesamaan lainnya?
Sesungguhnya yang menyebabkan keretakan hubungan suami istri adalah karena karakter mereka yang berbeda. Misalnya, sang istri lebih menyukai berkunjung dan berkumpul dengan orang lain dalam setiap kesempatan. Sebaliknya, sang suami lebih suka menyendiri dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Dia lebih senang tinggal di rumah.
Dan, sang istri pun ingin mengunjungi teman, tetangga dan kerabatnya, sedangkan sang suami menyuruh dia tinggal di rumah agar melayani dirinya dan mengasuh anak-anaknya.
Oleh karena itu, seorang gadis perlu diingatkan untuk mengetahui karakter calon suaminya yang telah mengkhitbahnya. Kemudian, setelah diadakan akad pernikahan berdasarkan Al-Qur’an, hendaklah dia berusaha memahami kecenderungan dan karakter sang suami secara bertahap. Selain itu, sang suami juga ditutut untuk berusaha menjaga perasaan istrinya.
Jika suami istri memiliki keserupaan pilar utama pernikahan, yaitu agama, akhlak, materi yang cukup, ketampanan dan kecantikan, dari keluarga terpandang, maka jangan sampai muncul karakter yang berbeda di antara mereka sehingga salah satunya memutuskan bercerai dan akhirnya kehidupan rumah tangga mereka porak-poranda.

Timbul rasa cemas sejenak
Saat-saat acara khitbah yang dipenuhi dengan rasa senang dan bahagia, terkadang ingatan anda timbul rasa cemas sejenak sebab dihantui oleh beban tanggung jawab dan takut pada persoalan yang tidak dimengerti.
Hanya sejenak tiba-tiba muncul rasa bingung dan takut, tapi seketika itu perasaan tersebut akan larut ketika anda benar-benar merenungi firman Allah Ta’ala.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS.Ar-Rum: 21)
Biarlah anda merasakan hidup seperti dalam ayat tersebut, yaitu hidup penuh dengan “ketentraman, cinta, dan kasih sayang”. Jika demikian, hati anda akan merasa aman dan tenang.
Khitbah terkadang berlangsung sampai satu tahun bahkan lebih sebab keadaan ekonomi atau pendidikan. Terkadang muncul pula persoalan-persoalan lain di mana kedua belah pihak tak sanggup menyelesaikannya dengan sempurna.
Ingatlah selalu, pasangan suami istri tidak mungkin punya gambaran watak dasar yang sama. Dalam pernikahan, memang tidak diperlukan kesesuaian watak dan kebiasaan antara suami istri (paling tidak ini terjadi dipermulaan pernikahan saja).

Kamis, 02 Juni 2016

INTERNATIONAL ACCOUNTING HARMONISATION



INTERNATIONAL ACCOUNTING HARMONISATION
Harmonization is a process for improving the compatibility (compatibility) of the accounting practices by setting limits on how big these practices may vary. The harmonization of of accounting includes harmonization :
1. Accounting standards (related to the measurement and disclosure)
2. Disclosures made by companies related to the public offer and listing of securities on the stock exchange
3. Audit Standards of International Harmonization Survey
Advantages of International Harmonization :
1. Global capital markets and investment capital can move around the world without hindrance. High-quality financial reporting standards used consistently across the world will improve the efficiency of capital allocation.
2. Investors can make better investment decisions; portfolio will be more diversified and reduced financial risk.
3. Companies can improve decision making strategy in the areas of mergers and acquisitions.
4. The best ideas arising from the activity of the manufacture of standard pat deployed in developing global standards with the highest quality.

Major International Organizations Encouraging the Harmonization of Accounting
Six organizations have become major players in the determination of the international accounting standards and in promoting harmonization of international accounting:
1. International Accounting Standards Board (IASB)
2. Commission of the European Union (EU)
3. International Organisation of the Capital Market Commission (IOSCO)
4. International Federation of Accountants (IFAC)
5. Intergovernmental Expertise Working Group of the United Nations on International Standards of Accounting and Reporting (International Standards of Accounting and Reporting - ISAR), part of the United Nations Conference on Trade and Development (United Nations Conference on Trade and Development -UNCTAD)
6. Working Group on Accounting Standards of Economic Development and Cooperation Organization Working _Group OEDC).

DEVELOPMENT OF INTERNATIONAL ACCOUNTING HARMONISATION
Efforts to harmonize international accounting has been started a long time ago even before the formation of the International Accounting Standards Committee (IASC) established in 1973. In 1959, Jacob Krayenhof, collegue of the founder of European independent accounting firm mainly encouraged the making of international accounting standards should be started. In 1976, Organization for Economic Cooperation and Development (Organization for Economic Cooperation and Development - OECD) issued a Declaration of Investment in Multinational Enterprises, which contains guidelines for the "Disclosure of Information”.
In 1978, the Commission of the European Communities issued the Fourth Decree as the first step towards harmonization of European accounting. In 1981, IASC established a consultative group consisting of non-member organizations to expand input in the making of international standards. In 1984, the London Stock Exchange said that its party expected companies listed their shares but not incorporated in England and Ireland to adjust to international accounting. In 2001 the International Accounting Standards (International Accounting Standards Board IASB) replaced the IASC and took over responsibilities as of April 1, 2001. The IASB standard is referred to International Financial Reporting Standards (Intanatioanl Financial Report Standards-IFRS) and including IAS issued by the IASC. In 2002 the European Parliament approved a European Commission proposal that virtually the entire EU companies with their shares listed must follow the standards of the IASB commence no later than 2005 in the consolidated financial statements. In the same year the IASB and FASB signed the "Norwalk Agreement" which includes a shared commitment to the convergence of international accounting standards and the United States. In 2008, the Indonesian Institute of Accountants (IAI) on Tuesday, December 23, 2008 in the framework of its 51st birthday declared Indonesia's plan for convergence to International Financial Reporting Standards (IFRS) in the financial accounting standard setting. The setting of accounting treatment that is converging with IFRS will be applicable to the preparation of the entity's financial statements starting on or after January 1, 2012. This was decided after a review of in-depth assessment and taking into account all the risks and benefits of convergence to IFRS.
The compliance to IFRS has been carried out by hundreds of countries around the world including Korea, India and Canada which will perform the convergence to IFRS in 2011. Date from International Accounting Standard Board (IASB) shows that there are currently 102 countries that have implemented IFRS with varying degrees of necessity diverse. A total of 23 states allow the use of IFRS voluntarily, 75 countries require the use of IFRS for all domestic companies, and four countries require the use of IFRS for certain domestic companies. Compliance to IFRS gives benefit for the comparability of financial reporting and increased transparency. Compliance through the Indonesian company's financial statements will be comparable to the financial statements of companies from other countries, so it will be very clear which of the company's performance is better. In addition, the convergence program is also beneficial to reduce the cost of capital (cost of capital), increasing global investment, and reduce the burden of preparing financial statements. International Financial Reporting Standards (IFRS) as a reference for the development of financial accounting standards in Indonesia because IFRS is a standard that is very sturdy. The make-up is supported by experts and international consultative councils from around the world. They provide enough time and supported with literature feedback from hundreds of people from various disciplines and from a variety of jurisdictions around the world. With the declaration of the IFRS convergence program, then in 2012 all the standards issued by the Financial Accounting Standards Board IAI will refer to IFRS and applied by entities.
IFRS HARMONIZATION IN INDONESIA
Accounting standards in Indonesia is not currently using (full adoption) of the international accounting standards or International Financial Reporting Standard (IFRS). Indonesian accounting standards in force today refers to US GAAP (Generally Accepted Accounting United Stated Standard), but in some of the provisions it has already adopted IFRS as its harmonization. The adoption by Indonesia at this time is in nature of not completely changed, only some (harmonization). This current era of globalization requires an international accounting system that can be applied internationally in every country, or required the harmonization of international accounting standards, with the aim to produce financial information that can be compared, facilitate the competitive analysis and good relations with customers, suppliers, investors, and creditors. However, this harmonization process has constraints namely nationalism and cultural barriers in each country, the differences of government system in the country, the difference between the interests of multinational corporations with national companies which influence the process of harmonization between countries, and the high cost to change the accounting principles.

Importance of Accounting Standards Harmonization in Indonesia
Indonesia needs to adopt international accounting standards to facilitate foreign companies to sell shares in this country, or vice versa. However, to adopt international standards is not easy because it requires understanding and expensive dissemination costs . Indonesia has already done so but its new and further harmonization will be carried out over the full adoption of the present international standards. The adoption of international accounting standards is especially for public companies. This is because public companies are companies that conduct transactions not only nationally but also internationally. In case of a share purchase in Indonesia or otherwise, it will no longer be disputed the difference in accounting standards used in preparing the report. There are several options for adoption, use IAS as it is, or harmonization. Harmonization is that we are the one who determine which ones should be adopted, in accordance with needs. An example is the PSAK No. 24, it was fully adopting IAS Number 19. The standard number associated with employee benefits or employee benefit. Bapepam has given a signal to all companies going public about the loss will be encountered if we do not harmonize. In its statement, Bapepam explained that the losses associated with the capital market into Indonesia, or Indonesian companies listing on the stock exchanges in other countries. Foreign companies will find it hard to translate the financial statements as out national standard conversely, Indonesian companies listing in other countries, it is also quite difficult to compare financial statements according to standards in the country concerned. This will hamper the world economy, and the flow of capital will be reduced and not globalized.

Phar Mor Inc, is included as the largest company in the United States which was declared bankrupt in August 1992 under the law of U.S.Bangkruptcy Code. Phar mor was a retail company that sold products quite varied, ranging from medicines, furniture, electronics, sports clothes to videotape. At the peak of its glory, Phar Mor had 300 large outlets in nearly every state and employed 23,000 employees based in Youngstown, Ohio, United States. Phar-Mor was established by Michael I. Monus or so-called Mickey Monus and David S. Shapira in 1982. Some stores used Pharmhouse name and Rx Place. The slogan of Phar-Mor was ”Phar-Mor power buying gives you Phar-Mor buying power”.  
Phar Mor Inc, was a dry goods retailer headquartered in Youngstown, Ohio, founded in 1982 by David Shapira and Michael I Monus. Monus as the President of Phar-Mor and heavily involved in the operations. Shapira, CEO of supermarket chain Giant Eagle, the largest shareholder of Phar-Mor and became CEO. The company grew quickly from one store in 1982 to more than 300 stores with sales of approximately $ 3 M in 10 years. The characteristic of the Phar-Mor stores, is that they always deliver discount goods with a large number of purchase. The merchandise such as video tape to prescription of drugs. In the 1980s, Youngstown was still shaken by the restructuring of the steel industry. Nearly 50,000 jobs were lost and many businesses were left downtown. Under the leadership of Monus, Phar-Mor became Youngstown biggest supporters and employees. Monus started by taking over two empty buildings in downtown, operated stores of Phar-Mor first and converted into other forms by means of emptying department stores, into the headquarters of Phar-Mor. The head office became the focal point of events in the city. Monus also supported the activities of fireworks at the center of the city and Camp Tuff Enuff, a risky program for children in that city. Monus represented University of Youngstown, where each family was assigned a business seat. Monus persuaded Ladies Professional Golf Association to hold a championship in Youngstown for people who are enthusiastic and sports fans. Then she tried to pull Denver Rockies after failing to persuade Major League Baseball as the franchise for a trophy of Youngstown. In 1987, Monus started a world basketball league, which consisted of 10 teams from each city.
Phar-Mor began to experience a loss in 1987. The loss was hidden from the monitoring of Monus and several subordinates did an increase in inventory, other assets, liabilities and other charges to cover the profit margins which kept on continuing to shrink. Two sets of books were stored, the company great books that contained false statements and great books hidden which kept on posting false alarms. Such measures to cover losses and allow them to ask for a bonus of performance as well as maintain access to capital markets and credit application. The financial statements which were incorrectly used for the purpose of credit worth $ 1 billion as additional capital from investors, including Sears, Roebuck & Co, Westinghouse Electric Corp; some developers of mall  Mr Edward DeBartolo; and corporate partners as an affiliate from Lazare Freres. As the company's financial condition worsens, they depended on the payment from suppliers to hide the company's losses. Suppliers such as Coca Cola Enterprises Inc, Fuji Photo Co and Gibson Greetings Inc paid amounted to $138 million between 1988 and 1992 in exchange for Phar-Mor's for not being their brand competitor. Phar-Mor bought some of its goods with suppliers known or have a relationship with the executives or directors of Pahr-Mor. For example, the company hired a number of telephone equipment from a company partly owned by Monus. Sold sportswear from the presemce of World Basketball League. Costume jewelry purchased from Jewelry 90, Youngstown purchased some jewelry from wholesale in New York. Jewelry 90 was owned by David Karzmer, a business colleague of Monus. Michael Monus’s father, was the director of Phar-Mor, working as a consultant from Jewelry 90. He was paid $354,754 to work for six months in 1992. If Phar-Mor purchased directly from wholesale in New York, then it will save $ 2.1 B. During the summer of 1992, Youngstown travel agent told Edward DeBartolo as the independent shareholders that the unit of Phar Mor has made payments totaling $ 80,000 for completing the World Basketball League delinquent accounts. DeBartolo forwarded the information to Shapira, to perform an internal investigation to Phar-Mor. Investigations revealed that DeBartolo only looked at the peak of a problem. For several years, Monus has distributed a number of funds of about $ 10 million to the World Basketball League. As a general partner in the league, 60% of her as a controller of each team, thus Monus was responsible for financing the league. The team owner said that every time they needed money, they will contact the financial director Phar-Mor or contacts to the small business division and the money will be sent. Monus was also using as much as any money for personal use, including $ 180,000 for a house with an area of 18,000 square feet anew he built, complete with basketball court. A number of other officers and directors have benefited at the expense of Phar-Mor. History records the case as a case of Phar mor inc legendary among financial auditor. Phar Mor executives intentionally committed fraud to obtain financial benefits coming into the pocket of private individuals in the ranks of top management of the company.

 Analysis :
In the case of Phar Mor Inc the company committed a  fraud, top management of Phar Mor made two financial statements namely, inventory statement and monthly financial report. And the two reports were then doubled by the management. One set of inventory report containing inventory report that was true, whereas one set of other report containing inventory information adjusted and addressed to external auditor. As well as with the monthly financial report, the true financial report contained losses experienced the company intended only for executives. The other is a report that has been manipulated so as if the company gained enormous profits. In preparing these reports, the management of Phar Mor deliberately recruited staff of public accountants (KAP) Cooper & Lybrand, those staff then helped played in the fraud and in return has made multiple statements they were given a position of importance. In the case of Phar Mor, the function of control environment was developedControl environment was greatly determined by attitude from the management. The idea is that, a management must support fully an audit internal activity and declare that particular support to all operational personnel of the company. The top management of Phar Mor did not show good attitude. The management then actually recruited staff of auditors from KAP Cooper & Librand to also played in fraud to obtain financial benefits coming into the pocket of private individuals in the ranks of top management of the company.

References :
Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek. 2010. International Accounting   Edisi    6 Buku 1. Jakarta:Salemba Empat.

Frederick D.S. Choi, dan Gary K. Meek. 2005. International Accounting, Buku 2 Edisi 5.  Jakarta: Salemba Empat.